oleh: iftitah hanim fuadi
Ali bin Abi Thalib, sebagaimana disebutkan dalam Kitab an-Nawadzir, mendatangi seorang lelaki yang dituduh mencuri. Ia bertanya, “Apakah benar engkau mencuri?” Lelaki itu menjawab, “Benar.” Khalifah Ali mengulang sampai tiga kali dan jawaban pria itu tetap sama. Ia lantas memerintahkan algojo untuk memotong tangan si pencuri. Terpotonglah salah satu tangannya. Sambil menahan sakit, ia mengambil potongan tangannya dan membawanya pergi.
Di tengah jalan, ia bertemu Salman al-Farisi. “Siapa yang memotong tanganmu?” tanya Salman.
“Penegak agama, menantu Rasulullah saw, suami Sayyidah Fathimah dan anak paman Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,” jawabnya bangga. Dengan penuh keheranan Salman bertanya, “Engkau tetap memujinya walaupun ia memotong tanganmu?”
“Ya. Dengan tangan yang dipotong ini, Ali telah menyelamatkan aku dari siksa api neraka,” jawab si pencuri sambil menunjukkan potongan tangannya.
Salman al-Farisi menceritakan kejadian itu pada Khalifah Ali. Maka dipanggillah si pencuri. Tak lama kemudian, pencuri itu datang menghadap khalifah. Dengan segera, Khalifah Ali meletakkan potongan tangannya pada bagian tangan yang terpotong. Beliau menutupnya dengan sapu tangan sambil berdoa pada Allah SWT. Seketika, dengan izin Allah, tangan yang terpotong itu kembali tersambung seperti semula. Tanpa bekas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar