Rabu, 07 Maret 2012

Buah Kejujuran

oleh: M.Itsbatun Najih

Kamu yang masih muda tidak berani melanggar pesan ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun tidak peduli dengan pesan Tuhanku.”


Sewaktu Abdul Qadir al-Jailani muda hendak pergi mencari ilmu ke Baghdad, tiba-tiba di tengah perjalanan ia dihadang segerombolan perampok berkuda. Salah seorang dari mereka menghampiri Abdul Qadir dan bertanya, “Apa yang kau bawa?”
Uang empat puluh dinar.”
Kau taruh dimana?”
Kusimpan di sarung pedang, di bawah lengan.”
Rupanya perampok itu mengira Abdul Qadir bergurau, maka ia pun meninggalkannya begitu saja. Tak berselang lama, datang lagi perampok lain menghampiri Abdul Qadir dan bertanya seperti perampok pertama. Jawaban Abdul Qadir pun sama persis. Kelompok perampok kedua ini juga tidak percaya dan meninggalkan Abdul Qadir.
Kedua kelompok perampok tersebut lantas melapor pada ketua mereka. Sang ketua memerintahkan anak buahnya memeriksa apa yang diucapkan Abdul Qadir. Akhirnya, mereka benar-benar menemukan uang empat puluh dinar tersimpan di dalam sarung pedang di bawah lengan. Ketua perampok terheran-heran melihat kejujuran dan ketidak takutan Abdul Qadir.
“Apa yang membuatmu bicara apa adanya pada kami?” tanya ketua perampok. “Ibuku sangat berpesan agar aku selalu jujur dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun,” jawab Abdul Qadir.
Mendengar jawaban itu, ketua perampok itu mendadak menangis dan dengan suara terbata-bata berkata, “Kamu yang masih muda tidak berani melanggar pesan ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun tidak peduli dengan pesan Tuhanku.” Akhirnya, dengan izin Allah, ketua perampok itu menyatakan taubat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar